Sabtu, 10 Oktober 2015

BAGAIMANA MENGGUNAKAN BAHASA INDONESIA DENGAN BAIK DAN BENAR


Tugas Softskill 1 ( Bahasa Indonesia )



1.      Penggunaan Bahasa Indonesia secara baik dan benar

Pengertian Bahasa
Bahasa menurut Gorys Keraf (1997 : 1) merupakan alat komunikasi antara anggota masyaraka berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Mungkin ada yang mengatakan bahwa ada alat komunikasi lain selain bahasa, misalnya penggunaan alat, simbol, dan lain sebagainya, namun hal ini banyak sekali kelemahannya.

Bahasa memberikan kemungkinan yang jauh lebih luas dan kompleks daripada yang dapat diperoleh dengan menggunakan media tadi. Bahasa haruslah merupakan bunyi yang dihasilka oleh alat ucap manusia.

Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi.Sebagai alat komunikasi, bahasa harus dapat efektif menyampaikan maksud kepada lawan bicara. Ada laras bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi. Ragam tersebut dibagi sebagai berikut :
1.      Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat dan sangat sedikit memungkinkan keleluasaan seperti pada kitab suci, putusan pengadilan, dan upacara pernikahan.
2.      Ragam resmi (formal); digunakan dalam komunikasi resmi seperti pada pidato, rapat resmi, dan jurnal ilmiah.
3.      Ragam konsultatif (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada transaksi atau pertukaran informasi seperti dalam percakapan di sekolah dan di pasar.
4.      Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi dan dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling kenal dengan akrab.  

Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan tata bahasa baku yang telah ditetapkan. Bahasa Indonesia yang benar diterapkan dalam bahasa tulis dan bahasa lisan yang sifanya resmi misalnya pada saat berpidato.Ciri-ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut.
1.      Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
2.      Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik bangetuang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
3.      Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.

Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama.

2.      Contoh menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar:
Misalnya dalam pertanyaan sehari-sehari dengan menggunakan bahasa yang baku,yang termasuk dalam bahasa indonesia yang benar. Contoh:

· Misalnya dialog antara pedagang baju dan konsumen

Konsumen : Berapakah harga baju ini mbak?
Pedagang baju : Harga 1 buah baju adalah Rp 50.000 
Konsumen : Saya ingin membeli baju tersebut 
Pedagang baju : Baiklah terimakasih sudah membeli
Tetapi ada suatu perbedaan dengan bahasa indonesia yang baik

Misalnya dialog antara pedagang baju dan konsumen

Konsumen : Berapa harga bajunya?
Pedagang baju : 50.000 aja, minat mbak?
Konsumen : gak bisa di turunin lagi harganya? 
Pedagang baju : udah pas itu harganya 
Konsumen : oke deh saya beli 1 yaa 
Pedagang baju : oke mbak terimakasih
Kalimat di atas merupakan Bahasa Indonesia yang baik, karena sesuai dengan situasi dan kondisi. Tetapi belum tentu benar. Tidak mungkin bahasa tersebut kita ganti dengan bahasa yang benar karena bahasa tersebut tidak bersifat resmi atau formal.

2. Contoh fungsi bahasa indonesia sebagai alat komunikasi

·         Bahasa merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri.
·         Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami.
Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, memiliki tujuan tertentu yaitu agar kita dipahami oleh orang lain. Jadi dalam hal ini respons pendengar atau lawan komunikan yang menjadi perhatian utama. 

Menurut Felicia (2001 : 1),
Dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa.
 
Suatu kelemahan yang tidak disadari. Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur.

Fungsi bahasa indonesia sebagai alat komunikasi :
Bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan alat untuk merumuskan maksud kita.
 
Dengan komunikasi, kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan ketahui kepada orang lain.
Dengan komunikasi, kita dapat mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita dan apa yang telah dicapai oleh orang-orang sejaman kita.
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi melalui lisan (bahsa primer) dan tulisan (bahasa sekunder). Berkomunikasi melalui lisan (dihasilkan oleh alat ucap manusia), yaitu dalam bentuk symbol bunyi, dimana setiap simbol bunyi memiliki cirri khas tersendiri. Suatu simbol  bisa terdengar sama di telinga kita tapi memiliki makna yang sangat jauh berbeda. Misalnya kata ’sarang’ dalam bahasa Korea artinya cinta, sedangkan dalam bahasa  Indonesia artinya kandang atau tempat.

Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu, yaitu :
- Kita ingin dipahami oleh orang lain.
- Kita ingin menyampaikan gagasan dan pemikiran yang dapat diterima oleh orang lain.
- Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita.
- kita ingin orang lain menanggapi hasil pemikiran kita.
Jadi, dalam hal ini orang yang kita ajak komunikasi itu menjadi perhatian utama kita. Serta kita menggunakan bahasa tersebut dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan kita sendiri.

Contohnya :
- bunyi alarm (suasana tanda bahaya gempa bumi/bencana alam)
- adanya asap menunjukkan bahaya kebakaran
- suara adzan untuk tanda segera melakukan sholat
- telepon genggam untuk memanggil orang pada jarak jauh
- simbol rambu-rambu lalu lintas yang berada di jalan
contoh dalam kehidupan sehari hari
misalkan seorang satpam perumahan berjaga-jaga/ronda pada malam hari, pada saat sudah mendekati jam 12.00 malam satpam tersebut membunyikan kentongan yang bertanda bahwa waktu sudah tepat pukul 12.00 malam. Dan timbul timbal balik antara satpam sama orang-orang disekitar perumahan.setiap orang jadi lebih mengerti tanda waktu pergantian tersebut
Jadi, bahasa yang dipakai satpam tersebut berupa kentongan yang memberikan pertanda sesuatu akan terjadi/ sesuatu yang sudah mestinya dilakukan.

Kesimpulan & Analisa Tugas 1 : Perbedaan antara bahasa yang baku dan non baku  dapat terlihat dari pengucapan dan dari tata cara penulisannya. Bahasa indonesia baik dan benar merupakan bahasa yang mudah dipahami,  bentuk bahasa baku yang sah agar secara luas masyarakat indonesia berkomunikasi menggunakan bahasa nasional. Jadi, bahasa Indonesia yang baik belum tentu benar. Bahasa Indonesia yang benar bisa dikatakan baik.

Kesimpulan & Analisa Tugas 2 : Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita.



  1. APA YANG ANDA KETAHUI TENTANG KOMUNIKASI ?
            Komunikasi adalah suatu proses atau kegiatan penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak hampa apabila tidak ada komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok, ataupun organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi dilakukan manusia baik secara perorangan, kelompok, atau organisasi.
Sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa menghindar dari tindakan komunikasi menyampaikan dan menerima pesan dari dan ke orang lain. Tindakan komunikasi ini terus menerus terjadi selama proses kehidupannya. Prosesnya berlangsung dalam berbagai konteks baik fisik, psikologis, maupun sosial, karena proses komunikasi tidak terjadi pada sebuah ruang kosong. Pelaku proses komunikasi adalah manusia yang selalu bergerak dinamis. Komunikasi menjadi penting karena fungsi yang bisa dirasakan oleh pelaku komunikasi tersebut. Melalui komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada dalam benak pikirannya dan perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui komunikasi seseorang dapat membuat dirinya tidak merasa terasing atau terisolasi dari lingkungan di sekitarnya.
FUNGSI KOMUNIKASI
Fungsi Komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy:
  1. Menginformasikan (to inform)
Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.
  1. Mendidik (to educated)
Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.
  1. Menghibur (to entertain)
Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.
  1. Mempengaruhi (to influence)
Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran  komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang di harapkan.
 KARAKTERISTIK/TATANAN KOMUNIKASI
Komunikasi selalu muncul dalam konteks, yakni dalam suatu setting atau situasi tertentu. Secara teoretis, konteks komunikasi dapat dibagi dengan berbagai cara, tergantung kategori yang kita gunakan. Misalnya, berdasarkan kategori jenis muatan pesan, komunikasi dapat dibagi atas komunikasi politik, komunikasi bisnis, komunikasi kesehatan, komunikasi sosial, dan sebagainya.
Dilihat dari jumlahnya, komunikator atau komunikan dapat dibedakan atas satu orang, banyak orang (kelompok kecil, kelompok besar, atau organisasi), dan massa. Maka berdasarkan kategori jumlah manusia yang terlibat di dalamnya, komunikasi dapat terjadi dalam bentuk antarpribadi, kelompok, organisasi, massa dan antarbudaya. Namun, sebelum terjadi komunikasi antarpribadi, terjadi komunikasi di dalam diri komunikator, yang kita sebut komunikasi intrapribadi. Penggolongan berdasarkan hal ini kita sebut tataran komunikasi. Berikut ini adalah pembahasannya:
  1. Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communications)
Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang terjadi di dalam diri komunikator atau lazim disebut komunikasi dengan diri sendiri. Misalnya, Anda bertanya kepada diri sendiri, “Dalam situasi ini, apa yang sebaiknya saya lakukan?” Dalam komunikasi intrapribadi, Anda bertindak sebagai komunikator dan sekaligus komunikan, orang kepada siapa pesan komunikator ditujukan. Komunikasi intrapribadi merupakan dasar komunikasi antarpribadi. Ketika berbicara dengan orang lain, sesungguhnya Anda telah merampungkan suatu proses berkomu-nikasi dengan diri sendiri, “Apa yang ingin saya tanyakan? Pesan apa yang akan saya sampaikan? Bagaimana sebaiknya cara menyampaikannya?” Proses ini berlangsung dengan cepat, nyaris tanpa disadari lagi, kecuali ketika Anda pertama kali belajar berbicara atau pertama kali menggunakan bahasa asing yang belum terlalu Anda kuasai. Dengan selesainya komunikasi intrapribadi, di mana manusia melakukan tindak komunikasi dengan menyampaikan pesannya, maka ia masuk pada tataran komunikasi antarpribadi.
  1. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communications)
Komunikasi antarpribadi dapat terjadi dalam kon-teks satu komunikator dengan satu komunikan (komunikasi diadik: dua orang) atau satu komunikator dengan dua komunikan (komunikasi triadik: tiga orang). Lebih dari tiga orang biasanya dianggap komunikasi kelompok. Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung secara tatap muka atau menggunakan media komunikasi antarpribadi (nonmedia massa), seperti telepon. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator relatif cukup mengenal komunikan, dan sebaliknya, pesan dikirim dan diterima secara simultan dan spontan, relatif kurang terstruktur, demikian pula halnya dengan umpan balik yang dapat diterima dengan segera. Dalam tataran antarpribadi, komunikasi berlangsung secara sirkuler, peran komunikator dan komunikan terus dipertukarkan, karenanya dikatakan bahwa kedudukan komunikator dan komunikan relatif setara. Proses ini lazim disebut dialog, walaupun dalam konteks tertentu dapat juga terjadi monolog, hanya satu pihak yang mendominasi percakapan. Efek komunikasi antarpribadi paling kuat di antara tataran komunikasi lainnya. Dalam komunikasi antarpribadi, komunikator dapat mempengaruhi langsung tingkah laku (efek konatif) dari komunikannya, memanfaatkan pesan verbal dan nonverbal, serta segera merubah atau menyesuaikan pesannya apabila didapat umpan balik negatif.
  1. Komunikasi Kelompok (group communications)
Apabila jumlah pelaku komunikasi lebih dari tiga orang, cenderung dianggap komunikasi kelompok kecil atau lazim disebut komunikasi kelompok saja. Sedangkan komunikasi kelompok besar biasa disebut sebagai komunikasi publik. Jumlah manusia pelaku komunikasi dalam komunikasi kelompok, besar atau kecilnya, tidak ditentukan secara matematis, melainkan tergantung pada ikatan emosional antar anggotanya. Dalam komunikasi kelompok, komunikator relatif mengenal komunikan, dan demikian juga antarkomunikan. Bentuk komunikasi kelompok kecil misalnya adalah pertemuan, rapat, dan lainlain. Komunikasi kelompok kecil pasti melibatkan komunikasi antarpribadi, sehingga teori komunikasi antarpribadi juga berlaku di sini. Umpan balik dapat diterima dengan segera, menentukan penyampaian pesan berikutnya. Namun, pesan relatif lebih terstruktur daripada komunikasi antarpribadi, bersifat formal maupun informal. Komunikasi kelompok sering kita temui dalam keluarga, tetangga, teman dan kerabat, atau kelompok diskusi. Komunikasi kelompok dapat terjadi di dalam kelompok dan juga antarkelompok.
  1. Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi organisasi terjadi di dalam organisasi maupun antarorganisasi, bersifat formal maupun informal. Semakin formal sifatnya, semakin terstruktur pesan yang disampaikan. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi: komunikasi ke atas, ke bawah, maupun horizontal. Sedangkan komunikasi informal adalah yang terjadi di luar struktur organisasi. Karenanya, komunikasi organisasi melibatkan komunikasi kelompok, komunikasi antarpribadi, komunikasi intrapribadi, dan terkadang komunikasi publik juga muncul di dalamnya.
  1. Komunikasi Massa
Komunikasi massa melibatkan jumlah komunikan yang banyak, tersebar dalam area geografis yang luas, namun punya perhatian dan minat terhadap isu yang sama. Karena itu, agar pesan dapat diterima serentak pada waktu yang sama, maka digunakan media massa seperti surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Dalam tataran komunikasi ini, komunikator dan komunikan serta antarkomunikan relatif tidak saling kenal secara pribadi, anonim, dan sangat heterogen. Komunikator dapat berbentuk organisasi (misal, tim redaksi, atau LSM yang menyatakan protes terhadap sesuatu). Pesan pesannya relatif bersifat umum, disampaikan secara serentak dan sangat terstruktur. Dalam komunikasi massa, umpan balik relatif tidak ada atau bersifat tunda. Komunikator cenderung sulit mengetahui umpan balik komunikan dengan segera. Untuk mengetahuinya, maka biasanya harus dilakukan survei atau penelitian. Di dalam komunikasi massa terjadi pula komunikasi organisasi, komunikasi kelompok besar atau pun kecil, komunikasi antarpribadi, dan komunikasi intrapribadi.
  1. Komunikasi Antarbudaya (intercultural communication)
Komunikasi antarbudaya terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain.
Definisi lain bahwa proses komunikasi antarbudaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antarbudaya menyatakan bahwa komunikasi antarbudaya terjadi apabila terdapat dua budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi.


  1. MENGAPA KITA PERLU MELAKUKAN KOMUNIKASI DALAM MASYARAKAT ?
Kendali : komunikasi bertindak untuk mengendalikan prilaku anggota dalam beberapa cara, setiap organisasi mempunyai wewenang dan garis panduan formal yang harus dipatuhi oleh karyawan.
Motivasi : komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada para karyawan apa yang harus dilakukan bagaimana mereka bekerja baik dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu di bawah standar.
Pengungkapan emosional : bagi banyak karyawan kelompok kerja mereka merupakan sumber utama untuk interaksi sosial, komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu merupakan mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggota menunjukkan kekecewaan dan rasa puas mereka oleh karena itu komunikasi menyiarkan ungkapan emosional dari perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial.
Informasi : komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenai dan menilai pilihan-pilihan alternatif (Robbins, 2002 : 310-311)Begitu pula dengan komunikasi individual dan ekternar individual Komunikasi eksternal memiliki fungsi yang lebih jika dibandingkan dengan komunikasi internal. Pada komunikasi internal, fungsi komunikasi umumnya ialah transactional. Artinya, umumnya peristiwa komunikasi (communicative event) dimaksudkan untuk menyampaikan pesan atau informasi yang pada umumnya informasi yang terkait dengan ilmupengetahuan dan teknologi.
Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan
Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Komunikasi, dalam konteks apa pun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan. Menurut Rene Spitz, komunikasi (ujaran) adalah jembatan antara bagian luar dan bagian dalam kepribadian: “mulut sebagai rongga utama adalah jembatan antara persepsi dalam dan persepsi luar, ia adalah tempat lahir semua persepsi luar dan model dasarnya, ia adalah tempat transisi bagi perkembangan aktivitas internasional, bagi munculnya kemauan dari kepasifan. Melalui komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan irihati, dan kebencian. Melalui komunikasi sosial, kita dapat mengalami berbagai kualitas perasaan itu dan membandingkannya antara perasaan yang satu dengan perasaan yang lainnya. Karena itu, kita tidak mungkin, kita dapat mengenal cinta bila kita pun tidak mengenal benci. Kita tidak akan mengenal makna pelecehan bila kita tidak mengenal makna penghormatan. Lewat umpan balik dari orang lain kita memperoleh informasi bahwa kita orang yang berharga. Penegasan orang lain atas diri kita membuat kita merasa nyaman dengan diri sendiri dan percaya diri. Melalui komunikasi dengan orang lain, kita dapat memenuhi kebutuhan emosional dan intelektual kita, dengan memupuk hubungan yang hangat dengan orang-orang disekitar kita. Tanpa pengasuhan dna pendidikan yyang wajar, manusia akkkan mengalami kemerosotan emosional dan intelektual. Kebutuhan emosional dan intelektual itu kita peroleh petama-tama dari keluarga kita, lalu dari orang-orang dekat disekeliling kita seperti kerabat dan kawan-kawan sebaya dan barulah dari masyarakat umumnya. Orang yang tidak memperoleh kasih sayang dan kehangatan dari orang-orang disekelilingnya cendrung agresif
Dalam komunikasi eksternal, bentuk komunikasi transactional ini juga ada, tetapi selain itu masih ada lagi bentuk lain, yaitu komunikasi interactional yang bertujuan untuk menjaga atau mempertahankan hubungan sosial sesama anggota masyarakat. Situasi komunikasi apa yang terjadi, dan struktur pola apa yang ada dalam situasi tersebut, serta nilai budaya apa yang diyakini partisipan menjadi dasar pertimbangan dalam memilih tindak tutur yang pas atau tepat untuk memelihara dan mempertahankan hubungan sosial seperti itu. Berdasarkan uraian ini, dapat ditarik simpulan bahwa agar anggota komunitas kampus memiliki kompetensi komunikasi didalam masyarakat dia harus memiliki ketiga faktor utama penentu kompetensi komunikasi sebagai mana diuraika pada uraian komunikasi internal, yaitu
(1) pengetahuan Linguistik yang meliputi (a) aspek verbal, (b) aspek non verbal,(c) struktur pola peristiwa komunikasi,(d) kemungkinan variasi bahasa, dan (e) makna setiap variasi dalam berbagai situasi komunikasi
(2), keterampilan berinteraksi yang meliputi (a) persepsi terhadap makna ‘diam’ dalam situasi komunikasi, (b) seleksi dan interpretasi bentuk bahasa yang sesuai dengan situasi komunikasi, interpretasi peranan dan interpretasi hubungan antara kaidah dan penggunaan bahasa, (c) norma interaksi dan interpretasi, dan (d) strategi pencapaian tujuan komunikasi
(3) pengetahuan budaya yang mencakup (a) struktur sosial, (b) nilai dan sikap,(c) peta kognitif (schema) da (d) transmisi pengetahuan dan keterampilan. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi internal dan eksternal pada dasarnya menuntut penguasaan pengetahuan komunikasi yang sama. Keduanya hanya berbeda dalam hal keluasan cakupan di mana komunikasi eksternal lebih luas cakupannya dibanding dengan komuniasi internal dan keluasaan cakupan ini terletak pada ketiga unsur yang telah disebutkan di atas, yakni (1) participant, atau mitra tutur (2) situasi komunikasi dan (3) topik, ditambah dengan fungsi komunikasi interactional
Contohnya yang pertama : dalam sebuah perusahaan pabrik gula misalkan yang dimana komunikasi menjadi yang paling utama antara atasan dan kariawan beserta buruhnya. Atasah harus menjelaskan bagaimana seharusnya seorang kariawan (mandor) memperlakukan seorang buruh misalnya dari jamberapa seharusnya mulai bekerja menebang tebu pada siang hari jam berapa mereka istirahat, berapa lama mereka harus istirahat, dan jam mereka harus bekerja kembali dan jam berapa mereka harus berenti bekerja. Serta bagaimana cara seorang kariawan (mandor) itu menyampaikan aturan-aturan kerja pada sebuah perusahan tersebut.
Kemudian begitu pula seorang buruh menyampaikan keluhan-keluhanya lewat kariawan (mandor) kepada atasanya dari pengeluhan mereka terhadap aturan yang ada pasilitas yang mereka dapatkan. Dan keluhan keluhan serta kesejateraan kariawan (mandor) yang mengawasi buruh yang bekerja dilapangan dan nantinnya menjadi pekerjaan rumah bagi atasan (menejer) untuk kelangsungan proses produksi dan manajemen sebuah perusahaan.Sehingga komunikasi menjadi sangat penting dan utama dalam menjalankan sebuah roda perusahaan sehingga terjadi keseimbangan dan manajemen perusahaan dengan baik.
Contoh yang kedua : dalam sebuah rapat pembentukan panitia pelaksana kegiatan ulang tahun desa misalnya dimana kepala desa beserta setaf pengurus desa dengan beberapa orang penduduk berkumpul, disitu kepala desa harus memberi konsep awal bagaimana akan keberlangsungan sebuah acara ulang tahun dan setelah itu menanyakan kepada pegawai serta beberapa penduduk hal-hal apa saja yang penting yang harus dilaksanakannya untuk mengisi sebuah pesta perayaan ulang tahun desa. Satu persatu peserta rapat berpikir hal apa saja yang harus disediakan dan acara apa yang harus digelar, di dalam peroses tersebut terjadi pengungkapan emosional dan informasi. Dalam sebuah perbincangan yang panjang gagasan demi gagasan yang keluar dari benak masing-masing anggota rapat kepala desa harus tegas mengambil sebuah kesimpulan kegiatan apa yang harus dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA :


1 komentar: