Judul : Edensor
Pengarang : Andrea Hirtaa
Penerbit : PT. Bentang Pustaka
Tahun Terbitan : 2007
Tebal Buku : xii + 290 halaman
Harga : RP. 44.500,00
Ukuran Buku : 20,5 cm x 14 cm
Edensor adalah Cerita Seorang Anak Indonesia yang suka berpetualang dan mempunyai mimpi berkeliling dunia.Ceritanya tidak membosankan. Pembaca akan cepat-cepat menyelesaikan membaca novel ini untuk kemudian berpindah ke novel berikutnya.
“Semuanya telah kami rasakan, dalam kemenangan manis yang gilang gemilang dan kekalahan getir yang paling memalukan, tapi selangkah pun kami tak mundur, tak pernah. Kami jatuh, bangkit, jatuh lagi, dan bangkit lagi” (hal 280).
Ketika negeri ini tengah
dilanda berbagai persoalan kebangsaan yang pelik, hadirlah sebuah novel yang
menggugah, yaitu Edensor, sebuah novel petualangan yang mengajarkan
semangat hidup.Edensor merupakan novel ketiga dari tetralogi Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata. Edensor dalam
penulisannya dibagi dalam lima mozaik, di mana setiap mozaiknya
memuat cerita yang berbeda-beda. Namun secara umum Edensor banyak
bercerita tentang masa-masa SMA Ikal dan Arai, aktivitas setelah mereka lulus
dari SMA, aktivitas saat mereka kuliah di Prancis, dan pengalaman petualangan
mereka menaklukkan benua Eropa dan sebagian Afrika.
Ikal dan Arai adalah dua
saudara tidak sekandung. Arai diasuh oleh keluarga Ikal karena ibu bapaknya
meninggal. Keduanya menjadi saudara yang kompak, konyol, dan nakal, namun
cerdas. Keduanya selalu bersama baik ketika masih SMA maupun setelah mereka
bekerja di Jakarta. Saat kuliah keduanya berpisah. Ikal di Jakarta dan
Arai di Kalimantan. Keduanya bertemu kembali ketika tes beasiswa
di Jakarta dan akhirnya bersama-sama berangkat kuliah di luar negeri.
Mozaik pertama bercerita
tentang awal kelahiran Ikal. Konon saat melahirkan Ikal, sang ibu sengaja
mengulur-ulur waktu walaupun sakit sudah dirasakan. Bahkan ibunya sampai
membentak dukun beranak Mak Birah: “Coba
kau tengok baik-baik jam weker itu, Rah! Tunggu sampai jarum panjangnya lewat
angka dua belas! Aku ingin anak ini lahir tanggal 24 Oktober! Tidakkah kau
dengar maklumat di radio?! 24 Oktober adalah hari berdirinya perserikatan
bangsa-bangsa, PBB! Hari yang penting. Aku ingin anak ini jadi juru pendamai
seperti PBB!” (hal 16).
Mozaik kedua berisi
tentang keberangkatan Ikal dan Arai ke Prancis dan kerepotan mereka mencari
asrama mahasiswa serta kekonyolan mereka “mengerjai” petugas penghubung antara
mahasiswa dari seluruh dunia yang belajar di Prancis dengan Universitas
Sorbonne. Petugas itu disuruh mengucapkan namanya sendiri berulang-ulang.
Tujuannya hanya satu, yaitu agar Ikal dan Arai dapat mendengar sengau orang
Prancis. Maurent Le Blanch menjadi Morong LeBlang (hal
80-84). Ternyata sengau dapat menjadi identitas seseorang.
Mozaik ketiga berkisah
tentang aktivitas kuliah dan kehidupan Ikal dan Arai di Prancis, tentang
pergulatan Ikal dengan teori-teori ekonomi, dan tentang “teman dalam cinta”
Ikal bersama Katya. “Kami menikmati daya tarik turning a friend into a
lover, mengubah teman menjadi kekasih, ternyata proses itu menyenangkan”
(hal 127).
Mozaik keempat bercerita
tentang petualangan Ikal dan Arai dalam menaklukkan benua Eropa-Afrika.
Petualangan mereka diawali dengan cerita Ikal dan Arai yang
terdampar di sebuah desa Rusia. Sebagai orang yang sedari kecil telah lekat
dengan kesusahan dan kehidupan yang keras, tampaknya kesulitan dalam perjalanan
menaklukkan Eropa dan Afrika justru dianggap sebagai pengalaman yang tidak
terlupakan. “Di Syzran nasib yang paling sial menghadang. Kami ditangkap polisi
karena dianggap mengganggu. Inspektur yang mulutnya berbau Vodka itu marah. Ia
menghantam perutku dengan popor Kalashnikov. Arai melompat ingin melindungiku,
kopral menghantam tengkuknya dengan gagang pistol Glock. Ia tersungkur,
wajahnya menabrak kaki meja” (hal 198-199). Perjuangan keduanya mengarungi
Eropa sangat heroik dan dramatis. Tanpa peta, kompas, dan uang sepeser pun
mereka rela makan buah plum mentah serta daunnya, atau melamar menjadi pemetik
zaitun.
Mozaik
kelima berkisah tentang akhir dari petualangan Ikal dan Arai menaklukkan
Eropa-Afrika. Ternyata petualangan keduanya merupakan pertandingan yang telah
disepakati sebelumnya dengan teman-teman mereka. Semua peserta akan bertemu di
Spanyol. Namun, sebelum ke Spanyol, Ikal dan Arai sempat singgah di Sisilia,
Tunisia, dan Zaire. “Aku dan Arai telah menunggu lebih dari setengah jam di
Kafe Nou CamP, bersebelahan dengan official store Barcelona Football
Club” (hal 270).
Kelebihan :
dari buku ini yaitu kemampuan penulis
menggambarkan tokoh-tokoh dalam novel Edensor yang dapat sangat kuat sehingga
membuat pembaca terbawa dalam cerita ini. Dan novel ini juga dapat membawa
pembaca seakan-akan mengalami sendiri pertiwa-peristiawa yang terjadi di novel
ini.
Edensor sangat cocok bagi siswa SMP,SMA dan universitas yang dapat memotivasi semangat belajar mereka. Karena dapat memotivasi semangat belajar mereka. Karena novel ini menceritakan Ikal dan Arai yang tidak menduga kalau mereka dapat beasiswa untuk belajar ke Perancis, Eropa. Dan juga semangat penulis yang kokoh walau diterjang penderitaan. Dan Penulis sepertinya mengharapkan para pembaca agar mencontoh watak tokoh utama dalam mengarungi kehidupan.
Nilai-nilai sosial yang dapat dipetik dari buku ini adalah semangat juang dua orang laki-laki yang berkibar-kobar demi menempuh pendidikan dan pencarian cinta mereka.
Edensor sangat cocok bagi siswa SMP,SMA dan universitas yang dapat memotivasi semangat belajar mereka. Karena dapat memotivasi semangat belajar mereka. Karena novel ini menceritakan Ikal dan Arai yang tidak menduga kalau mereka dapat beasiswa untuk belajar ke Perancis, Eropa. Dan juga semangat penulis yang kokoh walau diterjang penderitaan. Dan Penulis sepertinya mengharapkan para pembaca agar mencontoh watak tokoh utama dalam mengarungi kehidupan.
Nilai-nilai sosial yang dapat dipetik dari buku ini adalah semangat juang dua orang laki-laki yang berkibar-kobar demi menempuh pendidikan dan pencarian cinta mereka.
Kekurangan :
dari
novel ini adalah banyaknya istilah-istilah dan kalimat-kalimat yang sulit
dimengerti oleh pembaca, seperti pada istilah Gracias senor dan la
niege au sahara. Dan pada kalimat “…. Aku ingin menghirup berupa-rupa
pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika liku hidup yang ujungnya
tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang
bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga
duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang dan terurai…..”.
Dan pada akhir cerita yang membuat kita penasaran, novel ini hanya menceritakan ketika ikal menemukan desa khayalan A-Ling, Edensor. Bukan ikal bertemu dengan A-Ling. Sehingga rasanya kita diwajibkan membaca novel keempat Andrea Hirata, Marymah Karpov yang merupakan novel kelanjutan dari Edensor. Novel ini menceritakan tentang seorang wanita yaitu A-Ling.
Dan pada akhir cerita yang membuat kita penasaran, novel ini hanya menceritakan ketika ikal menemukan desa khayalan A-Ling, Edensor. Bukan ikal bertemu dengan A-Ling. Sehingga rasanya kita diwajibkan membaca novel keempat Andrea Hirata, Marymah Karpov yang merupakan novel kelanjutan dari Edensor. Novel ini menceritakan tentang seorang wanita yaitu A-Ling.
refrensi : http://tugassekolah30.blogspot.com/2013/04/resensi-novel-edensor.html